Selasa, 23 Oktober 2012

KEUNTUNGAN BISNIS GAHARU

GAHARU - Tanaman Gaharu menjadi salah satu produk hutan atau bukan kayu (HHBK) pada saat ini keberadaannya menjadi sulit ditemukan. Pencarian gaharu besar-besaran karena permintaan pasar yang sangat besar menyebabkan gaharu alam dari hutan belantara Indonesia tidak mudah ditemukan. Sehingga pemerintah menurunkan kuota perdagangan gaharu alam untuk mengerem laju kepunahannya. Demikian juga secara internasional terdapat kesepakatan untuk memasukkan beberapa spesies tanaman penghasil gaharu menjadi tanaman yang dilindungi.


Ekspor gaharu Indonesia hampir mencapai 100 ton pada tahun 1985. Pada periode 1990/1998, tercatat volume ekspor gaharu mencapai 165 ton dengan nilai US $ 2.000.000. Pada periode 1999 – 2000 volume ekspor naik menjadi 456 ton dengan nilai US $ 2.200.000. Sejak akhir tahun 2000 sampai akhir tahun 2002, volume ekspor menurun menjadi sekitar 30 ton dengan nilai US $ 600.000. Kemerosotan tersebut disebabkan semakin sulitnya gaharu didapatkan. Selain itu, pohon yang bisa didapatkan di hutan alam pun semakin sedikit yang diakibatkan penebangan hutan secara liar dan tidak terkendali serta tidak adanya upaya pelestarian setelah pohon tersebut ditebang.

Perburuan gaharu alam ditemukan di hutan seperti di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua. Para pemburu gaharu pada dasarnya mengetahui karakteristik tegakan gaharu yang menghasilkan gubal gaharu.  Akan tetapi masa kajayaan gaharu telah menyebabkan banyak orang yang tidak berkompeten juga memburu gaharu sehingga banyak pohon yang tidak menghasilkan gaharu juga ditebang sehingga keberadaannya semakin berkurang secara drastis.

Solusi yang menjadi alternatif yang kemudian dikembangkan oleh banyak pihak adalah dengan membudidayakan tanaman gaharu. Seperti halnya yang telah dikembangkan secara besar-besaran di Vietnam demikian pula di Malaysia.  Pengembangan tanaman gaharu di Indonesia belumlah populer karena belum diketahui secara pasti nilai ekonomisnya.  Namun dengan gencarnya penelitian oleh berbagai pihak sehingga ditemukan metoda atau teknologi yang cukup menjanjikan dapat membantu tanaman memproduksi gubal gaharu.

Jenis-jenis tanaman yang dapat dikembangkan adalah jenis tanaman yang selama ini dikenal sebagai penghasil gaharu seperti Aquilaria. malaccensis, A. microcarpa, A. beccariana, A. hirta, A. filaria, A. crassna, A. agallocha, A. baillonii, A. khasiana, A. grandiflora, A. borneensis, A. sinensis, Gonystylus bancanus, Gyrinops verstegii.

Perdagangan Gaharu dunia

ANALISA BISNIS BUDIDAYA GAHARU

Analisa biaya dan keuntungan dari budidaya pohon penghasil gaharu, pada luasan tanah 2.000 m2 (140 ubin), jangka waktu 7 – 10 tahun. Denagn jarak tanam 3 X 3 luas tanah 2.000 m2 (asumsi 50 m X 40m) cukup ideal ditanami gaharu sebanyak 180 batang. Berikut ini adalah perincian biaya dan keuntungan dari budidaya pohon penghasil gaharu:

1. BIAYA

Biaya sendiri kita bedakan menjadi 3 yaitu: biaya tahap 1 (pengadaan bibit,penanaman dan perawatan di tahun pertama), biaya tahap 2 (perawatan tanaman pada tahun ke-2 sampai tahun ke-7), dan biaya tahap 3 (inokulasi dan perawatan pasca inokulasi tahun ke-3 sampai tahun ke-5).

A. BIAYA TAHAP 1:

- Pembelian Bibit 180btng @ Rp.15.000          = Rp. 2.700.000
- Pupuk Kandang 500kg @ Rp.250                 = Rp.    125.000
- Tenaga Penanaman 2 orang                            = Rp.    100.000
- Tenaga Perawatan tahun pertama                   = Rp.     600.000

JUMLAH = Rp. 3.525.000,-

B. BIAYA TAHAP 2:
- Pupuk Kandang                                           = Rp  750.000,-
- Pupuk Oganik (LB10) @Rp10.000,-           = Rp. 300.000,-
- Pestisida                                                      = Rp.  900.000,- (jika diperlukan)
- Tenaga Perawatan                                        = Rp. 600.000,-

JUMLAH               =                     Rp. 2.550.000

C. BIAYA TAHAP 3:

- Tenaga Perawatan      = Rp.   1.000.000,-
- Tenaga Panen             = Rp. 5.000.000,-

JUMLAH              =                     Rp. 6.000.000


D. INOKULASI

-Fusarium  untuk inokulasi Rp 1.000.000,- s/d Rp 2.500.000,-

JUMLAH A+B+C =                   RP. 12.075.000,-

Asumsi biaya tersebut adalah biaya maksimal, biaya tersebut diatas masih bisa kita tekan apabila penanaman dan perawatan kita lakukan sendiri

2. PENERIMAAN

Dengan asumsi bahwa tingkat keberhasilan inokulasi adalah 75% saja, dari 180 batang tanaman cuma menghasilkan 135 batang pohon saja yang bisa dipanen. Satu batang pohon gaharu dengan masa inokulasi 3 tahun menghasilkan rata-rata 2 kg gubal, 10 kg kemedangan, dan 20 kg abu. Sehingga total yang dihasilkan dari 135 batang adalah 270 kg gubal, 1.350 kg kemedangan, dan 2.700 kg abu.

A. GUBAL 270 KG @ RP.4.000.000,-                       = RP.1.080.000.000,-
B. KEMEDANGAN 1.350 KG @ RP.1.000.000        = RP.1.350.000.000,-
C. ABU 2.700 KG @ RP.200.000                               = RP.   540.000.000,-

JUMLAH                  =                         RP.2.970.000.000,-
Jumlah penerimaan diatas kami ambil dari data harga jual gaharu yang paling rendah.


3. KEUNTUNGAN
PENERIMAAN – BIAYA = RP.2.970.000.000,- – RP. 12.075.000,- = RP.2.957.925.000,-

Jadi rata-rata perpohon gaharu umur 6 tahun dengan masa inokulasi 3 tahun (tahun ke-9 sampai tahun ke-10), menghasilkan 25 juta rupiah lebih.


Hasilnya, dari investasi sebanyak 21 jutaan, berpotensi menghasilkan 3 milyar rupiah dalam kurun waktu 7 – 10  tahun. Seiring waktu, dengan harga jual tanah yang semakin meningkat.

BISNIS GAHARU TERPERCAYA

MENGENAL LEBIH DEKAT KEBUN GAHARU

GAHARU - Memanfaatkan tanaman gaharu dari alam secara tradisional di Indonesia (Kalimantan dan Sumatera), akan menjamin kelestarian pohon induknya, yaitu hanya mengambil bagian pohon yang ada gaharunya saja tanpa harus menebang pohonnya. Pemanenan Gaharu sebaiknya dari pohon-pohon penghasil gaharu yang mempunyai diameter di atas 20 cm. Namun, sejalan dengan meningkatnya permintaan pasar dan nilai jual dari gaharu, masyarakat lokal telah mendapat pesaing dari pebisnis gaharu dari tempat lain, sehingga mereka berlomba-lomba untuk berburu gaharu.  


Akibatnya, pemanfaatan gaharu secara tradisional yang mengacu pada prinsip kelestarian tidak dapat dipertahankan lagi.  Hal ini berdampak, semakin sedikitnya pohon-pohon induk gaharu.  Bahkan di beberapa tempat, gaharu telah dinyatakan jarang/hampir punah. Hal ini disebabkan oleh karena penduduk tidak lagi hanya menoreh bagian pohon yang ada gaharunya, tetapi langsung menebang pohonnya.  Diameter pohon yang ditebangpun menurun menjadi dibawah 20 cm, dan tentu saja kualita gaharu yang diperolehpun tidak dapat optimal.

Departemen Kehutanan RI (sekarang Kementerian Kehutanan RI) memberikan sedikit gambaran bagaimana cara memaksimalakan Hasil Tanaman Gaharu, beginilah caranya supaya bisa mendapatkan ketiga hasil tersebut; a) Gubal gaharu dan kemedangan diperoleh dengan cara menebang pohon penghasil gaharu yang telah mati, sebagai akibat terjadinya akumulasi damar wangi yang disebabkan oleh infeksi pada pohon tersebut.

Kemudian, b) Pohon yang telah ditebang lalu dibersihkan dan dipotong-potong atau dibelah-belah, kemudian dipilih bagian-bagian kayunya yang telah mengandung akumulasi damar wangi, dan selanjutnya disebut sebagai kayu gaharu. Nantinya, potongan-potongan kayu gaharu tersebut dipilah-pilah sesuai dengan kandungan damarnya, warnanya dan bentuknya.

Selanjutnya, c) Potongan-potongan tanaman gaharu tersebut dipilah-pilah sesuai dengan kandungan damarnya, warnanya dan bentuknya.  Agar warna dari potongan-potongan kayu gaharu lebih tampak, maka potongan-potongan kayu gaharu tersebut dibersihkan dengan cara dikerok.

Dan d) Serpihan-serpihan kayu gaharu sisa pemotongan dan pembersihan atau pengerokan, dikumpulkan kembali untuk dijadikan bahan pembuat abu gaharu.  Nah jadi melalui pemaparan ini, kita jadi bisa memahami mengapa tadi disebutkan untuk mendapatkan gubal gaharu, abu gaharu dan kemendangan gaharu harus memalui suatu proses yang berurutan. Proses berurutan ini dikenal pula sebagai konsep “zero waste” karena setiap hasil dari proses tersebut (gubal,abu dan kemendangan) seluruhnya bisa dimanfaatkan dan bernilai ekonomi (meskipun nilainya berbeda-beda).

Apakah cukup sampai disini untuk mengenal dan mengetahui potensi ketiga bagian dari gaharu tadi ? Ternyata selain pengelompokkan berdasarkan mutu yang dalam tulisan sebelumnya telah dipaparkan, masih ada lagi lho. Tepatnya persyaratan bagaimana suatu bagian dari gaharu tadi termasuk ke dalam kelompok-kelompok mutu tersebut.


Adapun persyaratan umum baik gubalgaharu  atau kemendangan gaharu tergolong baik ialah tidak diperkenankan memiliki cacat-cacat lapuk dan busuk. Sedangkan secara khusus bisa diukur berdasarkan karakteristiknya yang menitikberatkan pada poin-poin semacam a) untuk gubal gaharu : bentuk, ukuran (panjang, lebar dan tinggi), warna, kandungan damar wangi, serat, bobot dan aroma (pada saat dibakar). Lalu b) untuk kemendangan gaharu : warna, kandungan damar wangi, serat, bobot dan aroma (pada saat dibakar) serta c) untuk abu gaharu : warna, kadungan damar wangi dan aroma (pada saat dibakar).

Meskipun cukup banyak karakteristik yang diperlukan untuk mengetahui kualitas mutu dari gubal, kemendangan dan abu gaharu, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa rata-rata gubal, kemendangan dan abu gaharu yang masuk dalam kualitas mutu utama (dilambangkan dengan U) ialah berwarna hitam atau coklat kehitaman, memiliki kandungan damar wangi yang tinggi atau agak tinggi, mengandung serat yang padat atau agak padat, berbobot berat atau agak berat dan aroma dari ketiga jenis bagian gaharu ini pada saat dibakar adalah kuat.

Kamis, 18 Oktober 2012

BERINVESTASI SETELAH MENGENAL GAHARU

GAHARU - Pohon gaharu (setelah kita memahami) memiliki prospek cerah nan menggiurkan ? Tidak percaya ? Mengutip dari situs online matanews.com dikabarkan harga getah gaharu mencapai Rp 5 juta hingga 20 juta per kilogramnya. Harga itu tergantung dari jenis dan kualitas gaharu. Untuk getah gaharu yang berkualitas rendah dan berwarna kunimg saja laku dijual seharga Rp 5 juta per kilogramnya. 

Gambar: Macam Hasil Gaharu

Sedangkan untuk getah gaharu yang berkualitas baik dan berwarna hitam laku dijual seharga antara Rp 15 juta hingga 20 juta per kilogramnya. Dan perhatian, harga jual yang dipaparkan di atas adalah harga tahun 2009 alias tiga tahun yang lalu. Jadi bisa dipastikan bila harga jual getah gaharu yang terbaru (2012) jauh lebih tinggi dari pada kisaran 20 juta tadi!

Guna mengoptimalkan prospek dan potensi ekonomi dari berinvestasi gaharu, tentunya ada faktor-faktor yang harus dan wajib diperhatikan secara seksama. Sebelumnya telah dipaparkan sedikit tentang jarak tanam pohon gaharu. Nyatanya bukan itu saja. Ada hal lain yang juga wajib dan terutama, untuk mendapatkan hasil yang maksimal – gaharu memang membutuhkan perlakuan yang khusus.

Semua ini dimulai bahkan sudah dimulai ketika menyemai bibit gaharu. Arpan, seorang petani pembudidaya gaharu, misalnya. Kepada kompas dia menyatakan, “Dalam persemaian, gaharu butuh perlakuan khusus, seperti cara menyiramnya. Sedikit saja batang anakan goyang atau tanah di sekitar anakan hanyut tersiram air, gaharu tak bisa tumbuh, mati.”

Dan setelah pohon anakan gaharu tumbuh besar dan kokoh, untuk mendapatkan getah gaharu yang berkualitas baik pun kita perlu campur tangan. Gaharu sendiri, sejatinya secara alamiah dihasilkan tanaman sebagai respon dari masuknya mikroba yang masuk ke dalam jaringan yang terluka. Luka pada tanaman berkayu dapat disebabkan secara alami karena adanya cabang dahan yang patah atau kulit terkelupas, maupun secara sengaja dengan pengeboran dan penggergajian.

Menginfeksinya mikroba ke dalam jaringan tanaman dianggap sebagai benda asing sehingga sel tanaman akan menghasilkan suatu senyawa fitoaleksin yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap penyakit atau patogen.  Senyawa fitoaleksin tersebut dapat berupa resin berwarna coklat dan beraroma harum, serta menumpuk pada pembuluh xilem dan floem untuk mencegah meluasnya luka ke jaringan lain.

walaupun untuk sekarang, agak susah untuk mendapatkan sejumlah besar gaharu yang berkualitas baik tanpa campur tangan manusia. Sebab jumlah gaharu semakin langka saja, terutama oleh penembangan yang dilakukan secara serampangan. Banyak pemburu getah gaharu yang membabat habis pohon tersebut tanpa ada kesadaran untuk menanam kembali. Sehingga jumlah gaharu yang berkualitas baik, biasanya berwarna hitam, menjadi sulit di dapat.

Gambar: Pohon Gaharu Siap Proses

Selain itu, kini telah pula ditemukan metode teknik produksi gaharu buatan yang tak kalah dengan yang alami. Dengan memanfaatkan metode teknik produksi gaharu buatan ini, kita bisa memanen gaharu dalam tempo lebih cepat. Yakni sekitar satu hingga dua tahun, gaharu sudah bisa dipanen. Sementara dengan cara alamiah, baru bisa dipanen setelah tiga tahun.

Solusi yang sederhana memproduksi gaharu berkualitas baik ini, bisa dicontek dari Miran. Warga Desa Langkang, Pulau Laut Timur yang telah membudidayakan gaharu ini berbagi tips. Menurutnya untuk menanam pohon gaharu dan menghasilkan getah yang banyak diperlukan perawatan khusus. Pada saat pohon gaharu berumur tententu, itu perlu disuntik dengan obat pemuncul getah. Dimana setiap pohon perlu disuntik dengan satu ampul obat pemuncul getah seharga Rp 300 ribu per ampul.

MENGENAL GAHARU LEBIH DEKAT

GAHARU - Gaharu adalah tanaman yang mempunyai nilai ekonomi yang sangat bekualitas tinggi, sehingga sangat baik apabila dikembangkan untuk meningkatkan ekonomi dan penghasilan masyarakat Indonesia, hampir dari setiap bagian pohon gaharu ini dapat dimanfaatkan untuk bahan baku produk, sehingga hampir tidak ada bagian yang terbuang.

Gambar: Pohon Gaharu

Kayu gaharu yang terinfeksi atau disebut gubal mempunyai nilai jual yang sangat tinggi, sementara gubal gaharu kualitas rendah dapat disuling untuk produksi minyak dengan harga yang sangat menjanjikan. Daun gaharu dapat dimanfaatkan untuk pembuatan teh gaharu.

Pohon gaharu mungkin tak seterkenal pohon jati, sengon dan jabon; gaharu kini dikenal juga sebagai pohon yang memiliki potensi ekonomi tinggi, khususnya ialah getahnya yang harga jual per kilogramnya mencapai jutaan hingga puluhan juta rupiah. Dan tak hanya getahnya saja yang berdaya jual tinggi, namun juga batangnya khususnya batang tanaman gaharu yang telah berusia beberapa tahun (bukan bibit).

Seperti yang dikemukakan oleh Miran, warga Desa Langkang Kecamatan Pulau Laut Timur. Miran mengaku, ia sudah menjual sekitar 50 batang pohon gaharu yang masih berumur sekitar 1-3 tahun dengan nilai Rp19 juta.

Padahal, bibit kayu gaharu tersebut ia peroleh dari Samarinda, Kalimantan Timur, yang sebelumnya dikembangkan dari Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan harga bibit yang hanya seharga Rp7.500 sampai Rp10.000 per pohon. 

Gambar: Lapisan Dalam Pohon Gaharu

Setelah membaca pengalaman Miran itu, apakah Anda tertarik berinvestasi dengan pohon gaharu ? Jika jawabannya “ya” maka Anda kudu mengenali gaharu lebih dahulu sebelum memutuskan berinvestasi. Pasalnya ada cukup banyak salah tafsir yang beredar seputar pohon yang terkenal dengan getah wanginya ini. Umumnya kebanyakan orang menyamakan gaharu dengan pohon cendana.

Namun sesungguhnya berbeda jauh. Mengutip pernyataan Kepala Pusat Bidang dan Pengembangan Konservasi Alam Kementerian Kehutanan RI Sulistyo A. Siran, bahwa pada kenyataannya, gaharu tidak pernah berada di kayu cendana. Lantas sesungguhnya apakah gaharu itu ?

Berdasarkan definisi yang dikeluarkan oleh situs Departemen Kehutanan RI (sekarang Kemeterian Kehutanan RI), gaharu adalah sejenis kayu dengan berbagai bentuk dan warna yang khas, serta memiliki kandungan kadar damar wangi, berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil gaharu yang tumbuh secara alami dan telah mati, sebagai akibat dari proses infeksi yang terjadi baik secara alami atau buatan pada pohon tersebut, dan pada umumnya terjadi pada pohon Aquilaria sp.


Indonesia merupakan salah satu Negara penghasil gaharu terbesar di dunia, namun saat ini potensinya menurun, bahkan gaharu sudah menjadi jenis yang langka ditemukan. Beberapa jenis pohon penghasil gaharu sebagian besar termasuk dalam famili Themeleaceae, terutama dari genus Aquilaria dan Gyrinops, yang dapat menghasilkan gubal gaharu dengan kualitas terbaik (harga tinggi).

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam penanaman gaharu diperlukan pengetahuan yang memadai dalam bidang silvikultur (teknik budidaya) dan teknologi untuk mempercepat mendapatkan gubal gaharu (inokulasi).

Selamat berinvestasi dengan tanaman gaharu, semoga sukses.

Senin, 15 Oktober 2012

KEISTIMEWAAN DAN MANFAAT GAHARU

GAHARU - Gaharu memiliki suatu kandungan resin atau damar wangi yang mengeluarkan aroma dengan keharuman yang khas. Dari aromanya itu yang sangat popular bahkan sangat disukai oleh masyarakat negara-negara di Timur Tengah, Saudi Arabia, Uni Emirat, Yaman, Oman, daratan Cina, Korea, dan Jepang sehingga dibutuhkan sebagai bahan baku industri parfum, obat-obatan, kosmetika, dupa, dan pengawet berbagai jenis asesoris serta untuk keperluan kegiatan keagamaan, gaharu sudah lama diakrabi bagi pemeluk agama Budha, dan Hindu. 

Gambar: Pembibitan Gaharu

Namun manfaat yang paling utama dari Tanaman Gaharu adalah Gubal Gaharu yang mempunyai aroma wangi yang khas, manfaatnya antara lain :
  • Aktifitas kebudayaan dalam agama Agama-agama di dunia (terutama Islam, Hindu, Budha, Nashrani, Konghucu,dll),
  • Sebagai parfum, bau wangi yang khas secara alami sangat tahan lama,
  • Aroma therapi herbal bagi kesegaran tubuh,
  • Dalam bidang kosmitka (sabun, shampo, dll)
  • Sebagai koleksi pribadi sebagi barang yang sangat bermutu dan bernilai tinggi.
  • Kecuali manfaat-manfaat diatas tanaman Gaharu ini juga sangat bermanfaat bagi kesehatan kita, daunnya bisa di buat untuk teh atau jamu herbal jika di rebus.

Dan dalam hal nilai bisnis, tanaman gaharu ini sangat prospektif. Dalam jangka waktu 8 – 10 tahun, melalui proses Inokulasi yaitu menyuntikkan bakteri/serum/cendawan kedalam batang tanaman Gaharu dalam umur 4-5 tahun yang digunakan untuk merangsang percepatan pertumbuhan Gubal Gaharu (Gubal Gaharu inilah yang mempunyai nilai ekonomi tinggi).

Satu pokok batang tanaman Gaharu bisa menghasilkan pendapatan minimal Rp 5 – 10 jt dengan masa panen berdiameter kurang lebih 15 cm dan tinggi kira-kira 7 m. Harga satu batang Rp 30 rb, jarak tanam ideal 3 x 3 m, bersertifikat, tersedia paket hemat 25 btng. Apa bila anda yang ingin brosur tentang Gaharu dari Gaharu Indonesia silakan kontak kami

Gambar: Contoh Produk Gaharu

Dengan seiringnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi industri, gaharu bukan hanya berguna sebagai bahan untuk industri wangi-wangian saja, tetapi juga secara klinis dapat dimanfaatkan sebagai obat.

Gaharu bisa dipakai sebagai obat: anti asmatik, anti mikroba, stimulant kerja syaraf dan pencernaan ,obat sakit perut, perangsang nafsu birahi, penghilang rasa sakit, kanker, diare, tersedak, tumor paru-paru, obat tumor usus ,penghilang stress, gangguan ginjal, asma, hepatitis, sirosis, dan untuk kosmetik (perawatan wajah dan menghaluskan kulit).

Bahkan kini fungsi gaharu juga merambah untuk bahan berbagai produk kecantikan dan perawatan tubuh. Sebagai kosmetik gaharu bisa dijual seharga Rp 2-5 juta per kilogram, bahkan untuk jenis super dan dobel super harganya mencapai Rp18 juta per kilogram. Di Indonesia tanaman ini dikelompokan sebagai produk komoditi hasil hutan bukan kayu.

Atas dasar itu, pengembangan gaharu sangat mendukung program pelestarian hutan yang digalakkan pemerintah. Investasi dibidang gaharu sendiri sebenarnya sangat menguntungkan. Gaharu bisa dipanen pada usia 5-7 tahun.

Untuk satu hektare gaharu hingga bisa dipanen, memerlukan biaya sebesar Rp 125 juta namun hasil panen yang didapat mencapai puluhan kali lipat. Budi daya gaharu sangat cocok dikembangkan dalam meningkatkan hasil hutan non kayu, sementara pasarnya sangat luas dan tidak terbatas. (ant/slg) (sumber:sinar harapan).

Gambar: Gaharu Kualitas Tinggi

Imam Bukhari meriwayatkan bahawa Nabi Mohammad SAW bersabda: Obatilah dengan menggunakan Oudh (gaharu) kerana didalamnya terdapat tujuh kebaikan. Minyak gaharu juga memang terkenal sebagai antara ekstrak minyak paling mahal didunia hingga mencapai $20,000 dolar Amerika satu kilogram. Kegunaan perobatan maupun upacara kebesaran dalam Ayurvedik, Sufi, Cina, Tibet, Arab dan Yunani banyak menggunakan bahan daripada gaharu untuk tujuan yang sama.
  •     Meningkatkan fungsi seksual dan merawat masalah yang berkaitan
  •     Melegakan dan merawat sistem pernafasan – bagi penderita lelah, letih dan batuk dan kronik
  •     Merawat kanker tumor dan kanker paru-paru
  •     Melegakan insomnia (susah tidur) dan tidur yang kurang pulas
  •     Mengontrol kandungan gula dalam darah bagi penderita diabetes
  •     Merawat sistem limfa – sistem pertahanan badan
  •     Mengawal dan menstabilkan tekanan darah tinggi
  •     Mengurangi masalah sembelit, angin, cirit-birit dan IBS (perut sensitif)
  •     Merawat masalah Ginjal
  •     Tonik untuk menguatkan fungsi jantung
  •     Merawat penyakit hati

Daftar Pustaka :

  1. Anonym. SNI 01-5009.1-1999: Gaharu. Badan Standar-disasi Nasional (BSN). 1999
  2. Soehartono, Tonny; Gaharu: Kegunaan dan Pemanfaatan. Disampaikan pada Lokakarya Tanaman Gaharu di Mataram tanggal 4 – 5 September 2001.
  3. Rohadi, Dede dan Suwardi Sumadiwangsa, Prospek dan Tantangan Pengembangan Gaharu di Indonesia: Suatu Tinjauan dari Perspektif Penelitian dan Pengembangan, Disampaikan pada Lokakarya Pengembangan Tanaman Gaharu di Mataram, 4 – 5 September 2001.

Minggu, 14 Oktober 2012

AWAL TERBENTUKNYA GAHARU

GAHARU - Gaharu dapat diartikan sebuah kayu berwarna kehitaman-hitaman dan mengandung resin atau enzim khas yang dihasilkan oleh sejumlah spesies pohon Gaharu dari marga Aquilaria, terutama A. malaccensis. Resin ini digunakan dalam industri wangi-wangian (parfum dan setanggi) karena berbau harum. Gaharu sejak awal era modern (2000 tahun yang lalu) telah menjadi komoditi perdagangan dari Kepulauan Nusantara ke India, Persia, Jazirah Arab, serta Afrika Timur.

Gaharu berasal dari tanaman yang merespon masuknya mikroba yang masuk ke dalam jaringan yang terluka. Luka pada tanaman berkayu dapat disebabkan secara alami karena adanya cabang dahan yang patah atau kulit terkelupas, maupun secara sengaja dengan pengeboran dan penggergajian Masuknya mikroba ke dalam jaringan tanaman dianggap sebagai benda asing sehingga sel tanaman akan menghasilkan suatu senyawa fitoaleksin yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap penyakit atau patogen.

Gambar: Pohon Gaharu Berumur 2,6 tahuan

Senyawa fitoaleksin tersebut dapat berupa resin berwarna coklat dan beraroma harum, serta menumpuk pada pembuluh xilem dan floem untuk mencegah meluasnya luka ke jaringan lain. Namun, apabila mikroba yang menginfeksi tanaman dapat mengalahkan sistem pertahanan tanaman maka gaharu tidak terbentuk dan bagian tanaman yang luka dapat membusuk.

Ciri-ciri bagian tanaman yang telah menghasilkan gaharu adalah kulit batang menjadi lunak, tajuk tanaman menguning dan rontok, serta terjadi pembengkakan, pelekukan, atau penebalan pada batang dan cabang tanaman. Senyawa gaharu dapat menghasilkan aroma yang harum karena mengandung senyawa guia dienal, selina-dienone, dan selina dienol.

Untuk kepentingan komersil, masyarakat mengebor batang tanaman penghasil gaharu dan memasukkan inokulum cendawan ke dalamnya. Setiap spesies pohon penghasil gaharu memiliki mikroba spesifik untuk menginduksi penghasilan gaharu dalam jumlah yang besar. Beberapa contoh cendawan yang dapat digunakan sebagai inokulum adalah Acremonium sp., Cylindrocarpon sp., Fusarium nivale, Fusarium solani, Fusarium fusariodes, Fusarium roseum, Fusarium lateritium dan Chepalosporium sp. 

Senyawa tersebut dapat berupa resin berwarna coklat dan beraroma harum, serta menumpuk pada pembuluh xilem dan floem untuk mencegah meluasnya luka ke jaringan lain. Untuk menciptakan kondisi tersebut, secara tradisional tanaman gaharu dilukai dgn cara pemakuan atau penyayatan.
Gambar: Proses Penyuntikan Cendawan

Sedangkan pohon gaharu dan cendana memiliki cukup banyak persamaan. Misalnya sama-sama tergolong pohon yang berbatang besar. Terlebih bila kedua pohon ini telah berusia tua, ukuran batangnya akan tinggi menjulang dan diameternya bisa melebihi dua tangkupan orang dewasa. Ditinjau dari daerah yang ditumbuhi, kebanyakan kedua pohon ini (gaharu dan cendana) tumbuh di kawasan hutan. 

Menyebut kawasan hutan maka sudah pasti ingatan kita melayang kepada hutan-hutan tropis di Pulau Kalimantan, Sulawesi, Papua dan memang benar. Kebanyakan pohon gaharu dan cendana bertumbuh subur di kawasan dan dalam hutan yang berada di daerah Indonesia bagian timur itu.

Lalu antara kedua pohon ini, gaharu dan cendana sama-sama identik dikenal sebagai pohon yang memiliki ciri khas  “wangi” . Malahan wanginya gaharu dan cendana inilah yang menjadi pemikat dari mereka dan bernilai ekonomi tinggi. Namun jangan salah, wangi yang dihasilkan oleh kedua pohon ini ternyata berbeda. Wangi pada pohon cendana dihasilkan dari batang kayunya. Sehingga untuk mendapatkannya (wangi cendana tadi) maka jelas sekali pohon cendana harus ditebang.

Sedangkan wangi yang dihasilkan oleh pohon gaharu, itu berasal dari getahnya. Selama ini ada salah kaprah yang menyamakan bahwa wangi yang dihasilkan pohon gaharu itu berasal dari batang pohonnya. Salah kaprah anggapan yang telah beredar ini menyamakan antara pohon gaharu dan pohon cendana. Padahal, sekali lagi – wangi yang dihasilkan oleh pohon gaharu bukanlah dari batangnya. Melainkan dari getahnya yang beraroma khas.

 
 Gambar: Gaharu Yang Terbentuk di Batang Pohon

Hanya memang sama seperti cendana dimana juga memiliki kualitas berbeda-beda, maka demikianlah kualitas getah gaharu. Sesuai hukum permintaan dan penawaran dalam ilmu ekonomi yang menyatakan semakin tinggi atau bagus kualitas suatu barang dan semakin langka atau sedikit jumlah barang yang beredar di pasaran, maka semakin mahal pula harga barang tersebut. Getah pohon gaharu yang paling mahal dihargai hingga puluhan juta rupiah per kilogramnya.

Tapi yang menarik, untuk menghasilkan getah berkualitas tadi – bukan melalui seleksi alam. Justru campur tangan manusia-lah yang memiliki peran dominan dalam menghasilkan getah gaharu yang berkualitas tadi. Getah-getah pohon gaharu yang terkenal wanginya ini biasanya kerap dipakai untuk industri minyak wangi atau industri-industri yang berbasis wewangian atau bisa juga dipakai untuk pembuatan perlengkapan keagamaan seperti hio atau dupa serta obat-obatan.